Tuesday, June 27, 2017

Bukti Empiris Pertamax Tidak Lebih Hemat Dari Premium

Pendahuluan


MITOS yang didengungkan oleh para produsen bensin ialah oktan tinggi lebih baik karena lebih hemat. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa penggunaan bensin beroktan tinggi TIDAK SELALU lebih hemat dari pada bensin beroktan rendah.
 
Jenis bensin (oktan) yang digunakan dalam pengamatan ini ialah Shell V-Power (95), Shell Super (92), Shell Reguler (90), Pertamina Pertamax Plus (95), Pertamina Pertamax (92), Pertamina Pertalite (90), dan Pertamina Premium (88).

Pengamatan jangka penjang ini dimulai tahun 2015 dengan menggunakan kendaraan Daihatsu Xenia 1.0 (1000cc) keluaran tahun 2012. Mulai tahun 2017, pengamatan dilakukan pada kendaraan Daihatsu Sigra 1.2 (1200cc) keluaran tahun 2017.



Latar Belakang


Sebuah SPBU (Sumur Pompa Bensin Umum) menyediakan bensin dengan beberapa jenis oktan. Pertamina, umpamanya, memasarkan bensin beroktan 88, 90, 92, dan 98 berturut-turut dengan nama "Premium", "Pertalite", "Pertamax", dan "Pertamax Turbo".

Setiap kendaraan memerlukan bensin dengan oktan tertentu. Sebagai ilustrasi, Daihatsu Xenia 1.0 (1000cc), direkomendasikan untuk menggunakan bensin beroktan 90 (umpamanya Pertamina Pertalite). Yang menjadi pertanyaan, mana yang lebih baik: menggunakan oktan di atas atau di bawah spesifikasi? Informasi yang tersedia lumayan simpang-siur. Ada yang mengatakan bensin beroktan tinggi hanya menghabiskan uang. Namun ada yang mengatakan bahwa bensin beroktan tinggi menghemat biaya. Sesuai dengan petunjuk bapak Richard Feynman (1918-1988), sebaiknya dilakukan percobaan sendiri dari pada mengandalkan rujukan yang simpang siur.

Percobaan "sederhana" ini dilakukan terhadap dua kendaraan: Daihatsu Xenia 1.0 (1000cc) dan Daihatsu Sigra (1200cc). Tujuan percobaan ialah mengukur secara "kasar" perbandingan jarak tempuh terhadap jumlah BBM (Bahan Bakar Minyak) yang digunakan.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran:
  1. Jarak tempuh diukur berdasarkan odometer kendaraan. Diketahui bahwa ada perbedaan sekitar 5% antara nilai odometer dan nilai dari perangkat lunak WAZE.
  2. Setiap pengisian BBM selalu penuh (full tank). Definisi "penuh" bervariasi dari satu SPBU dengan yang lainnya.
  3. Keakuratan perangkat SPBU juga bervariasi karena secara legal, toleransi perbedaan yang diizinkan ialah hingga 10%,
Berikut merupakan data berapa jenis BBM:

Daihatsu Xenia 1000 cc (2015-2017) 


Shell V-Power (95)

Antara bulan Mei hingga Juli 2015 menempuh 3540.0 km dengan menggunakan bahan bakar Shell V-Power (oktan 95) sebanyak 294.2 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.0 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU Shell Jagorawi Km 21, TB Simatupang dan Ciputat Raya.

Berhubung hasil yang menyimpang, dilakukan uji-coba ulang. Antara bulan April hingga Juni 2016 menempuh 3601 km dengan menggunakan bahan bakar sebanyak 282.1 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.9 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU Shell Jagorawi Km 21, TB Simatupang, Bintaro, dan Ciputat Raya.

Shell Super (92)

Antara bulan Juli hingga September 2015 menempuh 4057.0 km dengan menggunakan bahan bakar Shell Super (oktan 92) sebanyak 322.9 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.4 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU Shell Jagorawi Km 21, TB Simatupang dan Ciputat Raya.

Pertamina Pertamax Plus (95)

Antara bulan Maret hingga April 2016 menempuh 2769 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertamax Plus (oktan 95) sebanyak 212.8 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 13.0 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas) dan Jagorawi/Sentul.

Sekedar catatan tambahan, sepertinya Pertamax Plus merupakan produk yang paling tidak laku, sehingga hanya ada di SPBU tertentu.

Pertamina Pertamax (92)

Antara bulan September hingga November 2015 menempuh 3533.7 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertamax (oktan 92) sebanyak 281.9 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.6 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas) dan Portal/Pamulang.

Pertamina Pertalite (90)

Antara bulan November 2015 hingga Januari 2016 menempuh 3607 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 291.5 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.4 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas) dan Portal/Pamulang.

Pengulangan antara bulan Juli hingga November 2016 menempuh 7313 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 591.2 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.4 km. Pengisian hanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas).

Pengulangan antara bulan Januari hingga Juni 2017 menempuh 9679 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 798.5 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.5 km. Mayoritas pengisian dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas).

Pertamina Premium (88)

Antara bulan Januari 2016 hingga Februari 2016 menempuh 1428 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Premium (oktan 88) sebanyak 113.1 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 12.6 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung (ex Petronas) dan Portal/Pamulang. Percobaan dihentikan karena pengendaraan menjadi kurang nyaman akibat kurang tenaga, walaupun penggunaan bahan bakar yang sama!



Daihatsu Sigra 1200 (2017- ...)


Pertamina Pertalite (90)

Antara bulan Desember 2017 hingga Maret 2018 menempuh 4547 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 306.2 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.8 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) mencatat rata-rata 15.2 km per liter. Jadi terdapat sedikit perbedaan perhitungan.

Selanjutnya, antara bulan November 2018 hingga April 2019 menempuh 8655 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 596.6 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.5 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) mencatat rata-rata 14.9 km per liter. Jadi terdapat sedikit perbedaan perhitungan.

Selanjutnya, setelah servis berkala 30000 km, bulan April 2019 hingga November 2019 menempuh 9851 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 675.3 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.6 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) mencatat rata-rata 14.9 km per liter. Jadi terdapat sedikit perbedaan perhitungan.

Selanjutnya, setelah servis berkala 40000 km, bulan November 2019 hingga (kini) menempuh 6647 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertalite (oktan 90) sebanyak 462.0 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.4 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) mencatat rata-rata 14.7 km per liter. Jadi terdapat sedikit perbedaan perhitungan.


Pertamina Pertamax (92)

Antara bulan Maret hingga Mei 2018 menempuh 4643 km dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Pertamax 92 (oktan 92) sebanyak 325.3 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.3 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU COCO 31.126.01 Lenteng Agung.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) dari kendaraan bersangkutan, mencatat rata-rata 14.9 km per liter. Jadi terdapat perbedaan perhitungan.

Shell Super (92)

Antara bulan Mei 2018 hingga Agustus 2018 menempuh 4757 km dengan menggunakan bahan bakar Shell Super (oktan 92) sebanyak 335.0 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 14.2 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU Veteran, Bintaro, TB Simatupang dan Ciputat Raya.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) dari kendaraan bersangkutan, mencatat rata-rata 14.6 km per liter. Jadi terdapat perbedaan perhitungan.

Shell Reguler (90)

Antara bulan Agustus 2018 hingga November 2018 menempuh 4660 km dengan menggunakan bahan bakar Shell Reguler (oktan 90) sebanyak 338.8 liter. Jadi, rata-rata 1 liter menempuh 13.8 km. Pengisian biasanya dilakukan di SPBU Veteran, Bintaro, TB Simatupang dan Ciputat Raya.

Pengukuran alternatif, yaitu penghitung penggunaan BBM (Fuel Cost Calculator) dari kendaraan bersangkutan, mencatat rata-rata 14.1 km per liter. Jadi terdapat perbedaan perhitungan.


PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, tidak didapatkan perbedaan menyolok saat menggunakan bahan bakar minyak yang berbeda. Namun, sangat terasa perbedaan tenaga yang dihasilkan, terutama saat menggunakan Premium.

merSIGRA Benz: 1 liter = 22.3 km di JORR (sepi).

Percobaan ini dilakukan pada kendaraan Daihatsu Xenia 1000cc keluaran tahun 2012 dan Daihatsu Sigra 1200cc keluaran tahun 2017. Lain kendaraaan mungkin lain pula hasilnya.

RUJUKAN


DISKLAIMER


Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, dan belum tentu pula merupakan solusi terbaik :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.




Thursday, January 5, 2017

Samsung Galaxy Tidak Bisa Hidup

Setiap malam saya mematikan ponselku, yaitu Samsung Galaxy. Yang tercapai dua tujuan sekali gus: pertama menghemat batere, dan kedua ialah mengurangi gangguan eksternal.

Suatu pagi beberapa hari yang lalu, ponselnya tidak mau menyala sama sekali! Pokoknya, ditot (diam total). Setelah mengucap Goosfraba beberapa kali, saya melakukan apa yang saya asumsikan akan dilakukan oleh jutaan umat manusia lainnya, yaitu berkonsultasi dengan Google.

Konsultasi ini tidak selalu mudah, karena kita perlu tahu kata kunci yang tepat agar tidak terlalu banyak mendapatkan petunjuk tidak bermanfaat. Seperti biasanya, dimulailah ritual  "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi".

Akhirnya didapatkan tiga tips:
  • JANGAN MEMATIKAN PONSEL: tentu saja, dengan asumsi ponselnya lagi tidak mati. Cape deh...
  • GUNAKAN CHARGER: sambungkan charger untuk mengisi ponsel, lalu  coba nyalakan. Hal ini harus dilakukan SETIAP KALI mau menghidupkan ponsel. Ini akan sangat menjengkelkan, karena kemana-mana harus membawa charger.
  • CABUT BATERE: buka ponsel, cabut baterenya, sambungkan charger,  pasang kembali beternya, lalu coba hidupkan.
Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". BTW: kalau nyontek dari satu situs, istilahnya PLAGIAT; namun kalau nyontek dari beberapa situs, disebut RISET :). 

Revisi 01--05-Jan-2017.


Saturday, December 31, 2016

Gerhana Matahari Total 1983

(untuk pembesaran, silakan klik foto di atas)

Ayo kita rayakan setiap tanggal 11-Juni sebagai "Hari Pembodohan Nasional". Pada tahun 1983 yang lalu, Gerhana Matahari Total mampir di Bumi Nusantara ini. Namun, seluruh rakyat ditakut-takuti untuk tidak menyaksikan, serta dikurung secara paksa di dalam rumah. Segitunya!

Tentu saja para mahasiswa ITB mengabaikan larangan berbasis "HARi-hari oMOng KOsong" ini. Justru kesempatan ini dimanfaatkan untuk melakukan "kegiatan ilmiah" yaitu mengukur/membandingkan suhu sepanjang peristiwa tersebut. Dengan modal MPF I (Z80, 4MHz, 4 kbyte) berangkatlah "tim ITB" ke Borobudur, Jawa Tengah.

Hwarakadah! Kendala #1: Ternyata tim lupa bahwa tidak ada sumber daya listrik (PLN) di tengah lapangan. Terpaksa, penelitian dialihkan ke dekat rumah penduduk, sambil meminta listrik sedikit. Pada dasarnya, suhu udara di ukur dengan sensor setiap detik, serta datanya dikumpulkan di dalam MPF I.

Kendala #2: Ternyata data yang dikumpulkan cukup banyak (lama), sedangkan memori MPF I sangat terbatas. Oleh sebab itu, terpaksa beberapa kali data dipindahkan ke dalam media penyimpanan (kaset tape).

Revisi 03--31-Des-2016.

Tinjari Pertamax!

31 Desember 2016: tinjari pertamax!